Sabtu, 15 Juni 2013

Faktor Manusia (Human Factor) Merupakan Salah Satu Sebab Kecelakaan Pesawat Udara


Human factor adalah aktivitas tentang manusia dalam kehidupan maupun situasi kerja, tentang hubungan manusia dengan mesin, tentang hubungannya dengan prosedur dan lingkungannya serta aturan-aturan, dan tentang hubungan manusia dengan manusia lainnya. Dalam hal ini human factors merupakan pengetahuan terapan bersifat praktis dari teori-teori psikologi yang menekankan pada optimasi hubungan antar manusia beserta aktivitasnya, dengan aplikasi sistematikanya, yang terintegrasi dalam kerangka kerja ”system engineering”. Sasarannya adalah efektivitas sistem, termasuk keselamatan dan efisiensi, serta kesejahteraan (well being) individu.

Manusia sebagai makhluk individu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas, pekerjaan, menggunakan peralatan, atau fungsi peralatan, meskipun terkadang telah dilakukan pelatihan atau perekrutan secara profesional dengan kualifikasi pekerjaan yang sama.

Seiring dengan perkembangan teknologi maka aspek manusia menjadi penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini, Human factor muncul sebagai salah satu aspek yang sangat diperhitungkan khususnya di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Bentuk lain dari human factor sering dihubungkan dengan ergonomi atau human engineering.

Human factor terfokus pada aspek manusia serta interaksinya dengan produk, peralatan fasilitas yang digunakan, prosedur pekerjaan, dan lingkungan dimana kegiatan tersebut dilakukan. Menurut Chapanis (1985), human factor berhubungan dengan informasi mengenai tingkah laku, kemampuan, dan keterbatasan manusia serta karakteristik mengenai perancangan peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk menghasilkan keamanan, kenyamanan, dan efektifitas dalam penggunaannya. Pada pelaksanaannya, aspek human factor ini dicoba untuk disesuaikan dengan sesuatu yang digunakan serta lingkungan tempat kegiatannnya bekerja sehingga dapat sesuai berdasarkan kapabilitas, keterbatasan dan kebutuhan orang yang melakukan pekerjaan.

Mengapa Kita Perlu Mempelajari Human Factor ?

1.    Manusia adalah merupakan penyebab terjadinya accident dan incident pesawat udara.

Kemajuan industri penerbangan yang pesat dalam beberapa puluh tahun terakhir yang ditandai dengan meningkatnya kehandalan dan kinerja pesawat generasi baru hingga diaplikasikannya inovasi-inovasi peralatan dan prosedur-prosedur ATC (air traffic control) pada kenyataannya tidak menurunkan angka kecelakaan penerbangan yang disebabkan kesalahan manusia (human error). Menurut Chappell (1994), hampir 75% dari keseluruhan kecelakaan (accidents) maupun insiden (incidents) penerbangan disebabkan karena kegagalan manusia dalam memantau, mengelola dan mengoperasikan sistem penerbangan itu sendiri. Apa pun alasannya, kecelakaan penerbangan harus dicegah, demi keselamatan manusia itu sendiri, kesiapan operasional maupun tempur dan tentu saja untuk alasan-alasan ekonomis (efisiensi). Karena itu program zero accident di kalangan operator penerbangan baik sipil maupun militer perlu terus menerus diupayakan, antara lain dengan memanfaatkan data insiden penerbangan maupun data-data bahaya (hazard) dalam penerbangan jauh sebelum kecelakaan terjadi. Studi terinci (Budiman Z, 1996) dari sejumlah ratusan kecelakaan penerbangan menunjukan bahwa setiap satu kali terjadi kecelakaan besar (ada korban manusia) terdapat 30 kecelakaan kecil (tidak ada korban manusia) dan 300 bahaya (hazard). Studi lainnya menunjukan hasil yang hampir sama walaupun istilah yang digunakan berbeda, yaitu ; hazard, incident & accident, atau hazard, minor dan mayor incident. Hubungan antara hazard, incident dan accident juga penting dalam penelitian tentang permasalahan human factors.

Dalam dokumen circular 247-AN/148 tentang human factor dijelaskan bahwa active failure menerangkan dalam penyelidikan tidak mencari yang salah tapi mencari apanya yang salah pada sistem tersebut. Dalam human factor dititikberatkan pada mencari penyebab kecelakaan dan memperbaikinya agar kedepan tidak terulang kembali pada kesalahan yang sama dan paling tidak bisa meminimais kesalahan yang sama.  Walaupun biasanya dikaitkan dengan faktor manusianya, kehilapan manusia juga baru-baru ini menjadi perhatian utama dalam bekerja. Manusia diwajibkan bekerja secara profesionalisme dengan pengetahuan yang dimilikinya mengenai prestasi dan kecakapan untuk membantu pengendali meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam operasi harian mereka. Dalam dunia  penerbangan kususnya, faktor manusia adalah bisa memahami yang lebih baik bagaimana manusia dapat mengendalikan dan mengintegrasikan dengan teknologi. 

2.    Terjadinya accident atau incident dapat ditelusuri jauh sebelum kejadian.

Sebenarnya terjadinya hazards dan insiden telah diatur atau “dipersyaratkan” untuk segera dilaporkan. Namun pada sebagian besar awak pesawat termasuk penerbang tidak pernah melaporkannya, terutama bila pada saat itu tidak ada kerusakan atau tidak ada penumpang yang mengetahuinya. Padahal, apabila peraturan fundamental yang menekankan pada kewajiban “mendokumentasikan” hazard dan insiden, serta ”memahami” bahwa hazard dan insiden pada hakekatnya harus diperlakukan sama dengan kecelakaan (accident), maka kecelakaan dapat dicegah lebih dini.

         
          James Reason Model



James Reason, seorang peneliti human factors pada akhir 1980-an memunculkan gagasan mengenai human error yang pengaruhnya sangat diperhitungkan dalam memahami keselamatan penerbangan atau aviation safety. Model pendekatan Reason tidak hanya melibatkan pendekatan sistemik dalam menganalisis suatu kecelakaan, tapi juga bermanfaat untuk menganalisis kecelakaan pada berbagai moda transportasi termasuk insiden dan kecelakaan penerbangan, kapal laut dan kereta api, kebakaran, dsb.
Model dari Reason ini dapat dikatakan merupakan kelanjutan dari bentuk pendekatan human factors sebelumnya, yaitu ; dari kinerja penerbang secara individual ke arah kinerja tim (crew performance), kemudian menuju kinerja organisasi (organizational performance), walaupun fokus perhatian dalam dimensi-dimensi itu tetaplah pada individunya. Reason didukung ahli-ahli dari ICAO memperkenalkan paradigma sentral dari pendekatan sistem terhadap safety yang membedakan antara active failures (kegagalan aktif) dan latent failure.
Active failures berkaitan dengan kesalahan operator, dalam hal ini penerbang atau petugas ATC. Sedangkan latent failures merupakan kondisi yang mempengaruhi bagaimana kinerja operator saat melaksanakan tugasnya, atau bagaimana pengaruh kemampuan sistem untuk mengatasi perilaku atau situasi yang tidak diharapkan. Latent failures ini dapat mencakup kegagalan komponen, seperti kegagalan struktur dari sistem atau tidak berfungsinya sistem, dan kegagalan ini dapat muncul jauh sebelum terjadinya kecelakaan.


Latent failures yang berhubungan dengan lingkungan yang terkait langsung dimana active failure terjadi dikenal sebagai local factors. Dalam kategori ini faktor-faktornya antara lain ; moril di tempat kerja, kelelahan (fatigue) operator, dan/atau masalah prosedur kerja. Latent failures yang berhubungan dengan organisasi atau sistem penerbangan terkait dengan kelemahan-kelemahan organisasional atau sering juga disebut kelemahan faktor sistemik. Dalam suatu kecelakaan atau kegagalan sistem, biasanya local factors akan menyebabkan operator (penerbang) bertindak tidak aman (unsafe act). Tindakan ini selanjutnya akan memberikan konsekuensi buruk yaitu kecelakaan bila tidak dapat diidentifikasi atau dikontrol oleh defences atau safety net (jaringan keselamatan). Local factors dan defences atau safety net yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh isu-isu sistemik yang lebih luas, seperti komunikasi antar sub-sistem yang buruk (tidak ada koordinasi) atau prosedur-prosedur yang tidak adekuat.
Dari model Reason ini, dapat dipelajari bahwa sebab-sebab kecelakaan dapat ditelusuri jauh sebelum kejadian, dan umumnya terjadi karena interaksi dari kelemahan-kelamahan sistem dan buruknya sistem deteksi serta kontrol. Sebenarnya, kelemahan-kelemahan tersebut masih dapat dikendalikan atau dihambat bila defences atu safety net berfungsi optimal, namun seringkali buruknya komunikasi antar sub-sistem (departemen dalam struktur organisasi) atau tidak adekuatnya prosedur membuat sub-sistem pelindung terakhir tidak mampu menghambat terjadinya kecelakaan.

3.    Human factor dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi terhadap aktifitas yang dilakukan, peningkatan terhadap kemampuan menggunakan peralatan, menurunkan kesalahan yang ditimbulkan serta peningkatan produktifitas.

Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menciptakan kesesuaian antara manusia sebagai pusat kendali dengan komponen lainnya pada saat melakukan kegiatan adalah Model SHEL. Model ini merupakan gambaran dari unsur-unsur utama yang saling berinteraksi. Manusia (liveware) sebagai pusat interaksi dikelilingi oleh 4 (empat) kelompok utama yaitu:

  • Liveware–hardware : manusia dan mesin (termasuk peralatan);
  • Liveware–software : manusia dan material lainnya (seperti dokumen, prosedur, simbol dan sebagainya);
  • Liveware–environment : manusia dan lingkungan (termasuk faktor internal dan eksternal tempat kerja);
  • Liveware–liveware : manusia dan manusia lainnya (termasuk teman sekerja dan kolega).

Tujuan dari model ini adalah bagaimana menciptakan interaksi optimal antar setiap komponen. Dalam melaksanakannya interaksi tersebut di atas, seringkali manusia (liveware) merasakan gangguan sebagai akibat dari faktor pembebanan yang dirasakan. Faktor pembebanan ini dapat berupa fisik maupun psikis.

4.    Human factor akan meningkatkan keamanan dan kenyamanan, menurunkan stress dan kelelahan, kemudahan terhadap adaptasi, meningkatkan kepuasan terhadap pekerjaan dan yang terpenting adalah meningkatkan kualitas hidup dari manusia yang bekerja.

Manusia sebagai salah satu komponen penting dalam organisasi maupun kegiatan industri (baik yang menghasilkan produk maupun jasa) memiliki keterbatasan dan kelebihan satu dengan lainnya. Agar manusia ini dapat bekerja dan menghasilkan suatu output yang optimal maka penting untuk diperhatikan berbagai aspek terkait dengan manusia tersebut. Human factor sebagai salah satu unsur keilmuan yang sangat erat kaitannya dengan aspek manusia menjadi penting untuk diperhatikan. Untuk itu, berbagai metoda yang dilakukan untuk mendekati dan menentukan karakteristik pada manusia terkait dengan human factor. Salah satu hal yang dilakukan yakni dengan menentukan beban kerja pada manusia tersebut khususnya yang terkait dengan beban kerja fisik dan beban kerja mental. Hal ini sangat bermanfaat guna mengetahui dan memahami manusia yang akan melakukan pekerjaan terutama pekerjaan yang sangat spesifik.


2 komentar:

  1. Caesars Palace | Casino & Resort Dr. MD
    Caesars 경기도 출장샵 Palace is 고양 출장안마 one 삼척 출장샵 of the city's premier destinations. The 안양 출장샵 Caesars Palace hotel and casino is an affordable 제주 출장마사지 hotel with world-class entertainment

    BalasHapus
  2. Casinos in the UK - How to find good games - GrizzGo
    So, what gri-go.com do we mean by “casinos in the UK”? 바카라사이트 to 출장안마 find a casino and live casino https://tricktactoe.com/ games on a mobile phone device in worrione 2021.

    BalasHapus